Rabu, 19 Januari 2011

Haleluyah : call that never ends

Eksposisi Mazmur 150

Ketika semuanya yg pernah ada dibumi pasti lenyap, saat semua kegiatan dibumi akan berhenti, saat dunia tak lagi angkuh dengan kemegahannya. Hanya ada satu kemegahan yg pernah dimulai dan tak pernah berakhir hingga di kekekalan: itulah PENYEMBAHAN !
Haleleyah..... Seruan yang takkan pernah berakhir

Bagaimanakah kita mendesign pujian & penyembahan  bukan sebagai agenda ritual keagamaan namun menjadi dinamika  hati yg bergairah menyembah Tuhan secara aktual & total untuk selama-lamanya?
150:1 Haleluya!  
 Pujilah Allah   dalam tempat kudus-Nya! 
 Pujilah Dia dalam cakrawala-Nya   yang kuat!
150:2 Pujilah Dia karena segala keperkasaan-Nya,   
 pujilah Dia sesuai dengan kebesaran-Nya   yang hebat!
150:3 Pujilah Dia dengan tiupan sangkakala,   
 pujilah Dia dengan gambus dan kecapi!   
150:4 Pujilah Dia dengan rebana dan tari-tarian,   
 pujilah Dia dengan permainan kecapi   dan seruling!  
150:5 Pujilah Dia dengan ceracap   yang berdenting, 
 pujilah Dia dengan ceracap yang berdentang! 
150:6 Biarlah segala   yang bernafas memuji TUHAN! 
 Haleluya!

1. Tempatkan Penyembahan sebagai FOKUS
kata: Haleluyah ayat.1 & 6

Tesks Mazmur 150 ini diawali dengan kata haleluya (ayat.1) diakhiri dengan haleluyah (ayat.6), dari awal sampai akhir tidak ada penyimpangan pikiran selain pujian yg berpusat kepada Allah.
Dalam bahasa Ibrani, kata “Haleluyah” terdiri dari dua kata: “Hallelu” dan “Yah”. Kata “Halelu” berasal dari kata yang terdiri dari dua huruf Ibrani “he” dan “lamed”. 

  • Huruf “he” menggambarkan seorang laki-laki dengan tangan menengadah ke atas melihat ke suatu penglihatan yang menakjubkan. 
  • Huruf “lamed” menggambarkan sebuah tongkat gembala. Tongkat yg dipakai sang gembala untuk menggiring kawanan binatang ke suatu arah. 
Dengan demikian penggabungan dua huruf “he” dan “lamed” itu berarti “melihat ke arah”.

Sedangkan kata“Yah” merupakan kependekan dari nama sebutan Tuhan, YHWH atau Yahweh atau Jehovah. Dengan demikian Haleluya berarti "melihat ke arah Tuhan", seringkali juga digunakan untuk pujian-pujian kepada Tuhan. 
Jadi haleluya praktinya memiliki arti "Terpujilah Tuhan."

Aplikasi: 
Harus terbentuk ketegasan bagi semua orang, bahwa kita pada hakekatnya adalah makhluk  yg di-setting dengan berkebutuhan menyembah Tuhan, dimana HALELUYAH bukan hanya pelafalan kata saja yg mendarah daging namun harus ditulis secara nyata dengan perilaku setiap hari. Sehingga tidak ada satu detikpun aktivitas mulai kita dilahirkan sampai pada akhirnya yg tidak berpusatkan pada kepentingan Tuhan. (kolose 3:17)
Pujian itu menyebut secara jelas nama PRIBADI yg kita agungkan yaitu TUHAN YESUS. Kita perlu memberi koreksi secara obyektif untuk berbagai lirik pujian sekarang ini, yg basisnya bukan lagi pujian kepada Tuhan. Namun lirik lagu yg dicipta untuk mengejar selera pasar, bukan lahir dari hati yg mengerti tentang menyembah tetapi ungkapan perasaan senang karena nyamannya perasaan. Banyak lirik lagu yg tidak mempresentasikan kebesaran & keperkasaan Tuhan namun ekspresi pengalaman pribadi, ungkapan imitasi kasih dsb. Lirik lagu pujian yg  tidak secara eksplisit menyebut YESUS adalah TUHAN, tidak boleh disebut sebagai pujian kepada Allah. Menyebutkan Yesus adalah Tuhan  secara tegas dalam pujian merupakan syarat mutlak bermutunya pujian kita pada Tuhan.

2. Tempatkan Penyembahan sebagai PRIORITAS

kata:"Pujilah Dia" disebutkan 10 kali, diulang-ulang dengan bahasa yg sama, menunjukkan perintah satu satunya yg sangat dominan, panggilan utama, prioritas pertama dalam hidup

Pengkhotbah Inggris yang terkenal, yakni Charles H. Spurgeon (1834-1892) menuliskan sesuatu yang baik untuk diingat ketika kita hendak memulai suatu hari: “Jadikanlah pikiranmu sebagai mazmur, doamu sebagai dupa, dan napasmu sebagai pujian”. 

  •  Pujilah Allah dalam tempat kudus-Nya! 
  •  Pujilah Dia dalam cakrawala-Nya   yang kuat!
  •  Pujilah Dia karena segala keperkasaan-Nya,   
  •  Pujilah Dia sesuai dengan kebesaran-Nya   yang hebat!
  •  Pujilah Dia dengan tiupan sangkakala,   
  •  Pujilah Dia dengan gambus dan kecapi!   
  •  Pujilah Dia dengan rebana dan tari-tarian,   
  •  Pujilah Dia dengan permainan kecapi   dan seruling!  
  •  Pujilah Dia dengan ceracap   yang berdenting
  •  Pujilah Dia dengan ceracap yang berdentang
Mazmur 150 menjawab secara lengkap 
dimana kita menyembah Tuhan?
  • Didunia ini dengan hati yg tulus
  • Sampai disorga
Alasan kita menyembah?
  • karena karakterNya
  • karena pribadiNya
Bagaimana cara kita menyembah?
  • Dengan hati yg kudus
  • Secara harmoni dengan semua instrumen musik
  • Secara harmoni dengan ekspresi tubuh
Siapakah yg harus menyembah?
  • Semua yg dibuat oleh tangan manusia
  • Semua yg diciptakan Allah
Aplikasi:
Semua alasan terjawab tuntas didalam penyembahan, sehingga tidak ada alasan lagi atau alasan sekecil apapun yg dapat dipergunakan manusia untuk menghindar dari menyembah Tuhan.
Penyembahan adalah kebutuhan utama yg lebih penting dari apa yg  kita butuhkan, lebih dari cita-cita, karir, masa depan bahkan lebih besar dari hidup kita sendiri.Penyembahan mendahului pelayanan bahkan penyembahan lebih penting dari pelayanan kita kepada Tuhan.
Betapa radikalnya panggilan penyembahan itu, lebih besar dari siapapun dan apapun didunia ini. Mungkin sekali berbeda dengan sikap kita, yg menempatkan penyembahan sebagai agenda kegiatan gereja di hari Minggu, sebagai pembuka kebaktian, pelengkap liturgi gereja? Penyembahan kita tempatkan sebagai aktifitas minor, mayornya adalah dengar firman Tuhan dan persembahan.
Allah kita tidak haus akan pujian kita, Dia dapat menjadikan apa saja disektar kita tunduk menyembahNya

3.Tempatkan Penyembahan dalam Totalitas hidup

150:6 Biarlah segala   yang bernafas memuji TUHAN! 
 Haleluya!

a. Mendayagunakan semua instrumen buatan tangan manusia (ayat.3-5)
Karena tujuan dan fokus hidup manusia adalah penyembahan kepada Allah, sehingga tidak kepentingan dari semua alat yg diciptakan manusia hanya untuk manusia.

Mazmur 150 mengatur secara terperinci semua instrumen secara representatif:

Alat-alat musik terbagi atas tiga golongan utama sesuai dengan cara mengeluarkan bunyi dari alat tersebut: 
  • alat musik yang bertali, yang menggunakan tali-tali yang bergetar untuk mengeluarkan    bunyi; 
  • alat musik pukul yang bunyinya dihasilkan oleh selaput atau piring logam yang bergetar; 
  • alat musik tiup, yang mengeluarkan bunyi dengan cara menghembuskan udara melewati buluh yang bergetar.
Nafiri /sangkakala: serupa dengan sopar tetapi dipakai oleh para imam. Nafiri sering kali dipakai berduaan (Bil. 10:1-10). Pada mulanya dua nafiri dibuat untuk bait suci; . tetapi jumlahnya dapat ditambah sampai 120 buah, tergantung pada tujuannya (II Taw. 5:12). Nafiri dibuat dari tulang, kerang atau logam - perunggu, tembaga, perak, emas - semuanya itu menghasilkan bunyi tinggi yang melengking. Pada umumnya orang percaya bahwa nafiri-nafiri ini, seperti sopar, tidak dapat menghasilkan bunyi dalam bermacam-macam titinada untuk membuat musik (melodi). Akan tetapi, nafiri dapat meniup nada legato yang panjang dan nada terputus-putus yang tajam (staccato) dan nada yang bergetar. Dengan demikian, nafiri dapat menyampaikan tanda-tanda yang mengumumkan perintah berkumpul, bertempur, dan mengadang.
Kecapi : istilah Ibrani diterjemahkan sebagai kecapi. (KJV menggunakan kata harpa.) Satu alat disebutkan hanya dalam satu kitab di Alkitab (Dan. 3:5, 7, 10, 15). Kecapi yang satu ini (nevel) sering kali digunakan untuk musik nonrohani, seperti ketika orang banyak bersenang-senang pada perjamuan Nebukadnezar. Alat ini dimainkan dengan memetik talinya dengan jari tangan.
Kecapi yang lebih kecil (kinnor) dianggap sebagai alat musik yang paling canggih. Bentuknya dan jumlah talinya berbeda-beda, tetapi semua jenis kecapi menghasilkan bunyi yang paling menyenangkan. Kecapi dipakai di lingkungan yang sekular (Yes. 23:16), tetapi juga diterima di lingkungan agama. Alat inilah yang dipakai oleh Daud untuk menenangkan Raja Saul. Pada umumnya, "kecapi kecil" ini dimainkan dengan mengusap tali-talinya dengan sebuah alat petik (plectrum), hampir seperti sebuah gitar dapat dimainkan. Akan tetapi, rupanya Daud lebih suka menggunakan tangannya (I Sam. 16:16, 23; 18:10; 19:9). Tukang-tukang yang terampil membuat kecapi dari perak atau gading dan menghiasnya dengan indah.
RebanaPara pemusik modern mungkin akan menggolongkan alat ini sebagai sebuah "membranophone" karena bunyinya dibuat oleh selaput yang bergetar. Alat ini dibawa dan dipukul dengan tangan. Pada zaman dahulu sekali alat ini mungkin dibuat dari dua selaput, dengan potongan-potongan logam yang dipasang di lingkarannya
Ceracap (metziltayim atau tziltzal) dibuat dari tembaga dan merupakan satu-satunya alat musik pukul dalam orkes di bait suci. Alat musik itu digunakan pada waktu umat Israel sedang memuliakan dan memuji Allah. Ceracap digunakan bersama-sama dengan nafiri dan para penyanyi untuk mengungkapkan sukacita dan ucapan syukur kepada Tuhan (I Taw. 15:16; 16:5). Asaf, pemusik utama Daud (I Taw. 16:5) adalah pemain ceracap. Ketika bangsa Israel kembali dari Pembuangan, keturunan Asaf diminta bergabung dengan para penyanyi dan peniup nafiri untuk memuji Tuhan (Ezr. 3:10).
Dalam ayat-ayat seperti I Tawarikh 16:5, beberapa versi menerjemahkan kata Ibraninya sebagai kastanyet. Sekarang, pada umumnya orang berpendapat bahwa kata itu tidak tepat dan yang tepat adalah ceracap.
Suling : biasanya mengacu kepada sebuah alat tiup yang dipakai untuk mengungkap sukacita yang tak terkendalikan atau ratapan yang hebat. Pada umumnya suling dianggap sebuah alat musik sekular, meskipun Mzm. 150:4 menyebutkan penggunaannya di bait suci untuk suatu perayaan agama.

b. Melibatkan semua yg bernapas

Siapa yang seharusnya memuji Allah? "Semua yang bernapas" (ayat 6). Tua dan muda. Kaya dan miskin. Kuat dan lemah. Setiap makhluk hidup. Allah menghendaki supaya setiap orang yang Dia beri napas kehidupan, menggunakan napas itu untuk menyatakan kuasa dan kebesaran-Nya.
Yg menjadi catatan penting dalam penyembahan adalah 

  • harmonisasi: Penyembahan merupakan penyelarasan kemauan Allah yg direspon manusia melalui aktualisasi pengakuan terhadap kemuliaanNya.
Kata: ceracab yg "berdenting" & ceracap yg "berdentang " nada ting & tang yg dibicarakan adalah harmonisasi yg penting sebagai unsur penyembahan. Tidak ada yg saling mengungguli dari yg lainnya, semua komponen mengambil bagaian yg penting dengan karakternya masing-masing.
  • Integral : Penyembahan merupakan ekspresi terpadu antara pikiran, perasaan, kemauan yg mendayagunakan semua potensi yg mampu dikreasi oleh manusia.
Dalam penyembahan tidak pembenaran terhadap salah satu unsur saja yg digenapi, 


Aplikasi: 
  • Kita tidak dapat berkata: "yg penting hati"  pengakuan , ekspresi tubuh, alat musik, pemahaman tentang penyembahan nomer sekian? 
  • yg lain berkata: penyembahan akan lebih hidup dengan semangat yg menyala, bertepuk tangan, mengangkat tangan bahkan menari?
  • Sementara yg lain berpandangan Allah itu kudus sehingga menyukai suasana yg tenang, syahdu, tidak boleh berisik sambil melipat tangan dengan teratur?
Allah memanggil kita untuk menyembah Dia secara total: tubuh , jiwa & roh kita bahkan dengan alat-alat musik yg dibuat tangan manusia. dapatkah kita menahan ekspresi sukacita pujian & penyembahan yg keluar dari hati dengan aturan liturgi gereja? Dapatkah tubuh kita menahan dinamika roh kita yg sedang mengagungkan Tuhan? Penyembahan akan menjadi dingin jika dipaksakan mematuhi liturgi gereja yg kaku, sebaliknya gereja akan bereforia saja jika semangat penyembahan tidak bersamaan dengan pengertian yg benar!
Allah mencari penyembah benar yg menyembah Dia dalam roh dan kebenaran



4.Tempatkan Penyembahan sebagai IBADAH TANPA BATAS

150:1 Haleluya!  
 Pujilah Allah   dalam tempat kudus-Nya! 
 Pujilah Dia dalam cakrawala-Nya   yang kuat!

Penyembahan bukanlah kedisiplinan melaksanakan ritual keagamaan yg kita kerjakan secara rutin digereja, sehingga terlepas dari halaman gereja aktivitas kita tidak lagi terikat untuk tujuan penyembahan.
Memuji Tuhan ditempat kudusNya dan dalam cakrawalaNya menunjukkan betapa luasnya cakupan apresiasi kita dalam menyembah Tuhan, menembus dimensi ruang & waktu. Panggilan Tuhan bagi kita untuk meyembah telah menjadikan penyembahan itu sendiri GAYA HIDUP orang percaya yg secara total  dan tanpa batas yg dijelmakan dalam kehidupan sehari-hari.

Aplikasi:
Penyembahan menuntut totalitas! semangat, tujuan, pengertian, sikap, cara haruslah didesain secantik mungkin karena kita: setiap detik, dimana saja, dengan siapa saja sedang mengaktualisasikan kebesaran & keperkasaan Allh melalui sikap hidup kita. Haleluya.............Seruan yang takkan pernah berakhir selamanya & selama-lamanya, Amin
by: Haris Subagiyo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar