Rabu, 09 November 2011

Mengubahkan ORANG BIASA jadi LUAR BIASA

Dalam perspektif manusia: adalah kekeliruan jika melibatkan orang-orang yg miskin kecakapan untuk terlibat dalam pekerjaan besar dalam skala luas dan bernilai abadi. Sangat tidak profitable memberi kesempatan mereka yg tidak terbukti kompeten untuk dipercaya dalam pelayanan. 
Dalam perspektif Allah: justru karena Kebodohan dan Kehinaan kita, menjadi latar belakang Allah melibatkan kita berkerja dalam proyekNya. Orang-orang yg tidak punya HAK untuk merasa pantas dipakai sebagai alatNya, orang biasa, tidak diperhitungkan, lemah dan tidak berpengaruh. 
Tetapi mengapa Allah tetap memberi kepercayaan kepada kita untuk bekerja diladangNya?


Prinsip manusia: menyisihkan mereka yg lemah, bodoh dan hina..
Prinsip Allah: mengubahkan mereka yg lemah, hina, bodoh, tidak terpandang, biasa-biasa saja menjadi orang-orang yg LUAR BIASA.

Menariknya para murid Tuhan Yesus justru kebanyakan adalah para nelayan.!
Orang -orang yg dipandang sebelah mata, tidak diperhitungkan, dinilai rendah , tidak terpelajar, kolot, sulit berubah justu menjadi prioritas pilihan Tuhan Yesus untuk bekerja bersamaNya.

Apa dasar pilihan Tuhan terhadap mereka yg dijadikan ALATNYA?

I. Allah mencari mereka yg MAU MERESPON PANGGILAN (Matius 4:18-22)
Pekerjaan dan kedudukan seorang nelayan dalam kehidupan umat Israel pada zaman itu jelas bukanlah kedudukan yang terhormat. 
Mereka disebut dengan “amme ha-aretz” yang secara harafiah berarti “rakyat jelata” atau menunjuk kelompok orang-orang yang tidak terpelajar, orang-orang biasa yg tidak terpandang.
Problem yang dihadapi oleh mereka yang tidak terpelajar:

a. Secara umum hidup dalam kelembaman, enggan beradaptasi dengan situasi yg baru: sangat sulit untuk menerima perubahan, lebih menyukai suatu siklus kehidupan yang relatif  tanpa goncangan. 

b. Tidak bergairah  untuk mempelajari pengetahuan atau materi yang tertulis. 

Jika menilai dari dimensi akademis pastinya dibutuhkan cukup banyak waktu untuk melatih dan memperlengkapi mereka untuk memiliki kecakapan dalam melayani Tuhan.
Dari dimensi sosial: mereka bukanlah orang yg berpengaruh, mereka adalah type pekerja kasar, orang berkeringat dan hidup apa adanya dianggap kurang bermartabat.

Ini merupakan kendala teknis dalam pelayanan, jika seorang pekerja Kristus tidak memiliki basis akademis yg baik maka sangat berpengaruh besar dalam kompetensi intelektualnya. 
"Mau dibawa kemana gereja" jika pemimpinnya tidak profesional?
Standar kualifikasi manusia yg menuntut kesempurnaan kecakapan hidup justru dianggap berseberangan dengan jalan pikiran Allah. 
I Korintus 1 : 26- 29
"Ingat saja, saudara-saudara, bagaimana keadaan kamu, ketika kamu dipanggil:  menurut ukuran manusia tidak banyak orang yang bijak,   tidak banyak orang yang berpengaruh, tidak banyak orang yang terpandang. .......... supaya jangan ada seorang manusiapun yang memegahkan diri di hadapan Allah"
Allah mencari orang-orang yg mau bekerja bukan mereka yg mampu, karena Allah akan MEMAMPUKAN siapa saja yg MAU bekerja bagi Tuhan.

II. Allah mencari orang yang MAU DIUBAHKAN sebagai ALATNYA (Kisah Rasul 5:26-42 )

Kebangkitan Kristus adalah momentun yg membuktikan kehadiran Allah yg sanggup mengubahkan standar kelemahan manusia biasa menjadi manusia-manusia Ilahi yg sangat berdaya, efektif bahkan berdampak mengubahkan bagi dunia. Para murid Yesus yg sudah meresponi panggilan Tuhan. Sekarang ini diperlengkapi dengan kuasa: memperoleh roh hikmat, pengetahuan dan kharisma yang begitu luar-biasa saat memulai pelayanan!. 

Kisah Rasul 5:26-42 
Mengisahkan bagaimana para rasul mampu memberi jawaban yang berhikmat dan berwibawa sehingga para Sanhedrin atau Majelis Agama Yahudi saat itu tidak mampu berbuat apa-apa. 

Kisah Rasul 9:32-35 menyaksikan bagaimana Petrus memiliki kuasa ilahi yang sedemikian besar sehingga dia mampu menyembuhkan seorang yakni Eneas yang telah sakit lumpuh selama 8 tahun. 

Kisah Rasul 9:36-41 menyaksikan bagaimana Petrus dengan kuasa kebangkitan Kristus mampu membangkitkan Tabita atau yang disebut dengan Dorkas yang telah meninggal, tetapi dapat bangkit kembali. 

Kuasa kebangkitan Kristus menyertai pelayanan Petrus sedemikian rupa, sehingga Petrus dimampukan untuk melakukan hal-hal yang melampaui kemampuan dan kapasitas manusiawinya. 

Semua karunia dan kemampuan tersebut tidaklah mungkin dicapai oleh para murid Yesus yang berlatar-belakang dari para rakyat jelata. Seandainya para rasul dan gereja perdana tidak memperoleh karunia dari Kristus, maka mereka pasti sudah tenggelam dan lenyap dari perjalanan sejarah.

Tetapi Kristus yang bangkit telah menganugerahkan kepada para muridNya suatu kuasa yang tidak dapat diberikan oleh dunia. Kuasa ilahi yg tidak dapat dipelajari disekolah manapun dan diajarkan oleh siapapun. 
Kuasa itu diberikan Allah kepada hamba-hambaNya sebagai anugerah yg menjadi alat kelengkapan bukan dengan tujuan pamer tetapi untuk memenangkan jiwa bagi Kristus.

Sifat karunia dan kemampuan ilahi yang dimiliki oleh para  murid Yesus tidaklah melekat pada diri mereka sendiri. Mereka hanya menjadi alat atau media dari karya keselamatan Allah. 
Karena mereka BERSEDIA untuk dipakai oleh Kristus sebagai alat untuk menyatakan kemuliaanNya.  
Pemahaman teologia ini sangat  penting supaya kita tidak terjebak pada bahaya:

1. Memusatkan pada diri sendir (kultus individu): gereja perdana tidak pernah sampai mengkultus-individukan para rasul yang memiliki kharisma ilahi karena kesadran  akan karunia yg Allah berikan. 

2. menganggap diri paling hebat dari yg lain (superior): Juga tidak pernah berupaya untuk membangun suatu pemahaman bahwa diri mereka sangat berarti dan menentukan perjalanan gereja Tuhan di atas muka bumi ini, memiliki bobot yg lebih hebatdari yg lain. 

Prinsip spiritualitas para rasul tersebut pada masa kini ternyata tidak dipelihara dengan penuh kewaspadaan. Sehingga karunia atau kemampuan yang dimiliki oleh seorang pelayan Tuhan pada masa kini  justru dipakai sebagai jembatan menuju kemuliaan diri sendiri. 

Sekarang ini tidak sedikit pemimpin gereja yg berupaya membangun suatu kecenderungan untuk dikultus-individukan oleh umat. Gereja tidak lagi dikondisikan kearah Kristus-centris tetapi dibelokkan pada ego-centris.
Akar persoalan yg faktual ditengah jemaat bukanlah gereja menerima atau menolak manifestasi  Allah yang supra-natural berupa mukjizat, tetapi sikap para pelayan Tuhan yang telah mengklaim berbagai tindakan supra-natural tersebut sebagai kesanggupan diri, kelebihan, keistimewaan, kehebatan untuk kepentingan kemuliaan diri bahkan dapat diperjual belikan. 

Ironinya banyak jemaat yg lebih suka sentuhan emosional dan hal-hal spektakuler yg ditampilkan dipanggung gereja. Sedangkan pengajaran yg sarat dengan pengajaran firman Allah dianggap tidak up to date alias ketinggalan jaman.

Allah yg seharusnya punya otoritas mengubah hidup kita supaya menampilkan Kristus melalui hidup dan kerja pelayanan sering kita rubah sendiri tatanannya menjadi pelayanan untuk merubah orang lain terpukau dengan pelayanan kita.

III. Allah mencari orang yg MAU MENDEDIKASIKAN HIDUP pada Fakta Abadi (Kis. 9:36-41)

Allah tidak memanggil hamba-hambaNya dengan tujuan supaya dapat mendemontrasikan mujizat  tanpa tujuan ditengah jemaat! Jika mujizat atau kuasa Allah dibutuhkan dalam rangka memudahkan atau membebaskan manusia dari persoalan teknis pelayanan atau melarikan diri dari tanggungjawab yg selayaknya dipikul; berarti kita sedang memaksakan Tuhan bekerja mengikuti irama kita.
Mengapa Allah memakai Petrus menjadi manusia yg luar biasa? 
Seorang awam namun dapat mengsekposisi secara komprehensih teologia Perjanjian Lama sehingga membuat 3000 orang bertobat?
Seorang nelayan yg dipakai Allah untuk menyembuhkan dan bahkan membangkitkan orang mati.
Rakyat jelata yg punya keberanian berargumentasi dihadapan pememimpin agama?
Seorang nelayan yg diubahkan menjadi RASUL YESUS KRISTUS!

a. Pengalaman ini bertujuan untuk memperteguh eksistensi jemaat yang waktu itu masih lemah. 
b. Merupakan manifestasi dari Kristus yang peduli dan mengasihi jemaatNya. 
c. Pengalaman tersebut untuk menanamkan tonggak dimulainya kekristenan

Semua manifestasi karya Allah secara supra alami dalam pelayanan bukanlah untuk SENSASIONAL, AKSI SPEKTAKULER, SPIRITUALITAS PANGGUNG dengan tujuan pamer.....
Allah tidak perlu memamerkan kuasaNya supaya harga Dirinya dianggap lebih berkuasa, hebat dan mulia. Tanpa kehadiran itu semua eksistensi Allah kita tetap tidak berbubah. Bahkan saat mulut kita terdiam tidak mengakui kemahakuasaan Allah. Dia adalah Allah yg maha kuasa yg tak akan berubah oleh pengakuan manusia.

Pengalaman adalah pengalaman yg tidak dapat dijadikan doktrin pelayanan yg baku. Pengalaman pelayanan harus ditempatkan dalam konteks kepentingan dan tujuan bukan sebagai MODEL yg diadopsi sembarangan . "Mujizat Allah pasti terjadi" kita kumandangkan dalam kerangka harapan kita yg konsisten mempercayai Allah sanggup mengerjakan segala sesuatu tetapi jangan MENDESAK ALLAH melakukan format, bentuk, pilihan sesuai dengan rancang bangun diri sendiri......gak sopan itu namanya...

Sejarah menjelaskan bahwa para murid Yesus juga harus masuk pengalaman kematian bahkan menjadi martir tanpa mujizat kebangkitan! Padahal dilihat dari sudut pengorbanan ,kasih dan kesetiaan mereka sudah mendedikasikan hidup seutuhnya bagi Tuhan. Tetapi mengapa saat mereka dianiaya secara kejam dan dibunuh dengan cara tragis, Tuhan Yesus tidak bergegas menolong dan seolah-olah Tuhan cuci tangan atas persoalan yg mereka hadapi? why.....? 

Apakah fakta tersebut dapat dijadikan suatu alasan bahwa Kristus selaku Gembala tidak peduli dan memelihara hidup umat percaya?

Mengapa kita yg bergiat melayani Tuhan dengan all out, realitanya masih mengalami hal-hal yang sangat pahit dan tragis?

Pahamilah bahwa FAKTA intervensi Allah berada dalam bingkai KEABADIAN
Fakta 1.
Kuasa dan karya Kristus dalam kehidupan sehari-hari  dialami oleh sebagian umat percaya dalam bentuk perlindungan dan pertolonganNya yang menyelamatkan mereka dari bahaya maut, kesembuhan, keberhasilan bahkan kebangkitan dari mati. 

Fakta 2.
Orang-orang yang hidup saleh dan benar tidak selalu terluput dari penyakit yang tidak tersembuhkan. Demikian pula orang-orang yang mendedikasikan seluruh hidupnya dengan penuh kesetiaan kepada Kristus juga tidak terluput dari kematian yang kejam. 

Ketahuilah bahwa Kristus selaku Gembala yg baik bukanlah sekedar pelindung dan penyelamat hidup secara fisik belaka dan karyanya tidak berhenti pada masa kini saja. Kristus adalah Gembala yg baik dengan kapasitas kerja untuk kepentingan kekekalan dengan wilayah kerja jiwa dan roh manusia juga. 

Makna keselamatan secara utuh pada hakikatnya dinyatakan dalam suatu kehidupan yang dipersekutukan dengan Kristus yang telah bangkit. Sehingga seandainya semua harapan kita di dunia ini tidak terpenuhi di mana penyakit kita tidak tersembuhkan dan kematian tragis tidak dapat dielakkan, namun secara faktual kehidupan kita sepenuhnya dalam relasi dengan Kristus itu berarti kita telah menikmati berkat yg abadi

Berkat penyertaan Tuhan dalam kehidupan kita tidaklah identik dengan terpenuhinya harapan-harapan manusiawi kita seperti kesembuhan dari penyakit, melimpahnya berkat jasmani, sukses pangkat, panjangnya usia hidup kita. ini adalah fakta-fakta yg tidak abadi

Tetapi kualitas pelayanan yg dibangun Tuhan Yesus adalah pelayanan yg berorientasi keabadian, pelayanan yg mengubahkan jiwa manusia untuk kembali mengalir masuk dalam denyut nadi Allah.

Jika pelayanan yg sedang kita bangun bermodelkan pelayanan yg sukses secara material: terbangunnya gedung yg megah, jumlah jemaat yg melimpah, fasilitas yg mewah, popularitas, kenyamanan, ekonomi yg kokoh, profesional, branded (bermerek terkenal). 
Itu bukan tidak penting.....gereja butuh investasi material yg sehat
itu bukan tidak bernilai.......gereja butuh sarana pelayanan yg memadai
itu bukan sia-sia......gereja juga bekerja mencari jiwa-jiwa ......sebanyak-banyaknya

Namun jika kita mengedepankan kepentingan DIRI dan MATERI, hanya memikirkan yg KELIHATAN (masa kini) saja bukan yg TIDAK KELIHATAN (kekekalan) , dan hanya memikirkan kepentingan TUBUH bukan JIWA, berarti kita sedang pada posisi  membantah kerinduan Allah yg ingin mengubahkan arah pelayanan kita yg harus berbasiskan keabadian.

reDifine         ...definisikan lagi format panggilan pelayanan kita
re Structure......susun kembali puing-puing yg hancur atau harus disingkirkan
re Posision.      ...letakkan kembali visi pelayanan kita untuk berorientasi keabadian

God Morning All
God Bless U all

by Haris Subagiyo

Menjadi Penyanggah Pertumbuhan Gereja



Berdirinya gereja Tuhan tidak selalu dimulai dari gerakan-gerakan spektakuler yg dikendalikan dari atas mimbar, yg dikobarkan oleh hamba Tuhan dengan reputasi yg membumi, ditambah dengan dukungan melimpah dari sejumlah pengikut yg tak terhitung.

Nama besar, pengaruh kekuasaan dan kekuatan manusia seringkali dianggap sebagai bagian yg tidak mayor dalam pertumbuhan gereja. Karena Roh Kudus adalah sumber yg menggerakkan sejumlah orang yg mau bekerja dengan rendah hati, tulus dan rela berkorban berfokuskan kemuliaan Tuhan. 

Barnabas adalah bukti catatan Alkitab: yg namanya tidak berkibar setenar Yohanes, Petrus dan Paulus namun kinerjanya telah membidani lahirnya jemaat Kristen yg pertama kali dan melambungkankan nama Paulus sebagai rasul besar yg dipercaya Allah penulis sebagian besar kitab Perjanjian Baru.

Barnabas merepresentasikan kedewasaan sikap dan karakter yg seharusnya dimiliki gereja masa kini
Bagaimana aksi nyata Barnabas dalam pertumbuhan gereja perdana?

1. Memiliki PERSPEKTIF IMAN yg MURNI ( Kisah Rasul 4: 36-37 )


........karena semua orang yang mempunyai tanah atau rumah, menjual kepunyaannya itu, dan hasil penjualan itu mereka bawa 4:35 dan mereka letakkan di depan kaki rasul-rasul; lalu dibagi-bagikan kepada setiap orang sesuai dengan keperluannya 4:36 Demikian pula dengan Yusuf, yang oleh rasul-rasul disebut Barnabas,   artinya anak penghiburan, seorang Lewi dari Siprus. 4:37 Ia menjual ladang, miliknya, lalu membawa uangnya itu dan meletakkannya di depan kaki   rasul-rasul.  

Banyak orang percaya Tuhan yg bergairah menjadi dermawan didalam gereja perdana memberikan hartanya bagi pekerjaan Tuhan namun identitas mereka tidak disebutkan secara personal oleh Alkitab.
  • Alkitab hanya mencatat satu nama penderma yg istimewa yaitu Yusuf (mendapatkan award). Nama Yusuf dikontraskan dengan sikap Ananias dan Safira yg memberikan persembahan kepada Tuhan secara tidak jujur (mendapatkan hukuman). Menjelaskan pengakuan gereja perdana kepadanya sebagai apresiasi besar terhadap keteladanan Yusuf yg memiliki kualiafikasi sikap berbeda dengan yg lain, karena Yusuf memberikan persembahan bagi pekerjaan Tuhan sebagai ekspresi iman yg jujur.
  • Rasul-rasul menambah identitas baru nama Yusuf menjadi Barnabas. Nama aslinya adalah Yusuf yg artinya: penyelamat namun karena karakternya yg sangat menonjol dalam menopang pekerjaan Tuhan maka para rasul memberikan nama tambahan kepadanya yaitu BARNABAS yg berarti: anak penghiburan. Gereja perdana harus mengakui pengaruh kehidupan Barnabas karena merasa banyak diberkati, ditopang, dikuatkan oleh sikap dan karakter Barnabas.
Melihat kualifikasi IMAN YG MURNI dalam diri Barnabas menjadikan gereja tidak merasa bekerja seorang diri namun ditopang dengan tidak tangung-tanggung oleh pribadi yg dewasa karakternya. Ketika Barnabas berbicara maka perkataannya menciptakan atmofsfir iman yg membangun, menguatkan, menghiburkan dan mendayagunakan orang lain. Dan ketika ia bertindak maka semua orang dapat melihat dampak pemberiannya yg tulus sehingga menjadi daya tarik orang lain untuk percaya kepada Kristus. 

Betapa pentingnya peranan orang-orang yg memiliki kualitas iman yg murni bekerja membangun gereja Tuhan!



Gereja masa kini sesunggunya membutuhkan figur yg bersedia menaklukkan keakuan dan pementingan diri sendiri dibawah otoritas Kristus. Gereja Tuhan membutuhkan pribadi-pribadi yg bekerja dengan spirit memberi , melayani dan mengabdi tanpa pamrih untuk kepentingan kerajaan Tuhan yg kekal bukan untuk membangun kerajaan sendiri selama didunia ini. 
Gereja Tuhan membutuhkan orang-orang yg berani bertindak secara nyata dan tulus iklas dengan konsekuansi pengorbanan yg besar .
Gereja membutuhkan pribadi yg lebih dari sekedar aktivis gereja yg memiliki jabatan Pendeta atau gembala jemaat, 
Gereja Tuhan memang membutuhkan investasi material dan kematangan sumberdaya namun eksistensi gereja untuk mencapai keagungan pelayanan tidak dapat ditopang hanya oleh para penderma yg memiliki kemapanan ekonomi dengan tingkat intelektual tinggi yg bekerja aktif didalamnya . Gereja yg sehat membutuhkan pribadi-pribadi yg berkarakter unggul dengan  memiliki kualitas iman yg murni didalam hatinya. Jika bukan kemurnian, kejujuran dan kerelaan hati yg mendominasi gereja pastilah pementingan diri sendiri dan kecurangan yg sedang mencari jalan untuk merusak.

2. Memiliki PERSPEKTIF IMAN yg CERDAS (kisah Rasul 9 : 26 - 27)


9:26 Setibanya di Yerusalem  Saulus mencoba menggabungkan diri kepada murid-murid, tetapi semuanya takut kepadanya, karena mereka tidak dapat percaya, bahwa ia juga seorang murid. 9:27 Tetapi Barnabas  menerima dia dan membawanya kepada rasul-rasul dan menceriterakan kepada mereka, bagaimana Saulus melihat Tuhan di tengah jalan dan bahwa Tuhan berbicara dengan dia  dan bagaimana keberaniannya mengajar di Damsyik dalam nama Yesus.

Latar belakang Saulus yg menjadi dalang dan pelaku penganiayaan pengikut Kristus, masih meninggalkan trauma dan ketakutan para murid Tuhan saat itu. Sehingga tidak mudah menerima kehadiran Saulus dalam komunitas murid Kristus. Pertobatan Saulus yg telah diubahkan total oleh Tuhan  realitanya mengalami penolakan oleh murid-murid Tuhan. Ini sangat menyakitkan bagi petobat baru!
Sementara mereka tidak percaya , menaruh kecurigaan besar, takut menerima bahkan menolak kehadiran Saulus justru Barnabas tampil kedepan untuk MENERIMA dan MEMBAWANYA kepada para rasul. Sikap yg tidak populer karena melawan logika dan situasi psikologi manusia.

Barnabas memiliki perspektif iman yg cerdas untuk melihat realita secara obyektif, berpikiran positif dan kontruktif.: Perhatikan argumentasi Barnabas memaparkan bukti-bukti yang dapat dipercayai oleh semua orang.

  • Saulus melihat Tuhan di tengah jalan , (menujukkan bukti visual)
  • Tuhan berbicara dengan dia, (menujukkan bukti verbal) 
  • bagaimana keberaniannya mengajar di Damsyik dalam nama Yesus. (menunjukkan bukti perubahan nyata)

Wawasan teologia jemaat perdana memang tidak selengkap jemaat masa kini, yg dapat mempercayai konsep II Korintuss 5 : 17 secara mudah.
" Jadi barangsiapa ada didalam Kristus, ia adalah ciptaan baru, yg lama sudah berlalu, sesungguhnya yg baru sudah datang."
Namun Barnabas sanggup melihat cara pandang Allah untuk menanggapi panggilan Saulus secara benar. Itu menunjukkan kecerdasan imannya didalam Tuhan.
Panggilan Allah kepada Saulus menjelaskan bahwa Allah dapat memakai siapa saja orangnya tanpa memandang latar belakang, kebejatan moral, kebodohan atau segudang dosa yg pernah diperbuatnya.
Allah secara mutlak dapat memilih siapa saja, Allah bersedia menerima, Allah sanggup mengampuni dan Allah dapat memakai semua orang tanpa terkecuali sebagai alatNya tanpa meminta pertimbangan manusia.
Bagaimana mungkin kita manusia ciptaan Allah berani membuat aturan sendiri untuk menolak orang yg sudah diubahkan Allah?
Kebesaran hati Barnabas meneladankan sikap Kristus yg bersedia: mengampuni, melupakan kesalahan, tidak memandang rupa, bekerja bersama untuk memperluas Kerajaan Allah.

Pastinya, tanpa dukungan Barnabas tidak akan pernah lahir Paulus yg menjadi rasul Yesus Kristus dan penulis sebagian besar kitab Perjanjian Baru .



3.  Memiliki PERSPEKTIF IMAN yg KONSTRUKTIF (Kisah rasul 15 : 37-38)

Barnabas dan Paulus adalah team pelayanan yg solid, dimana Yohanes Markus juga terlibat didalamnya . Dalam perjalanan pekabara Injil yg pertama Yohanes Markus serta merta memutuskan diri untuk meninggalkan pelayanan sementara berada di Pamfilia. ( Kisah rasul 13:13)

Paulus menolak dengan tegas kehadirannya, karena pembelotannya untuk tidak melanjutkan pelayanan saat di Pamfia tidak dapat dianggap kesalahan remeh, ini adalah problem serius, dosa besar dalam pelayanan  sehingga ia tidak melibatkan dalam perjalanan misi yg berikutnya.
Namun Barnabas masih berharap dapat melibatkan Markus dalam pelayanan,
15:37 Barnabas ingin membawa juga Yohanes yang disebut Markus  15:38 tetapi Paulus dengan tegas berkata, bahwa tidak baik membawa serta orang yang telah meninggalkan mereka   di Pamfilia dan tidak mau turut bekerja bersama-sama dengan mereka.

Barnabas bukanlah orang yg kompromis terhadap dosa, ia bukanlah orang yg tidak selektif dalam melibatkan orang dalam pelayanan. Sejarah mencatat tanpa ragu integritasnya. (Kisah Rasul 11:24) karena Barnabas adalah orang baik, penuh dengan Roh Kudus dan iman. Sejumlah orang dibawa kepada Tuhan.

Jadi apa logika berpikirnya Barnabas sehingga tetap bersikukuh melibatkan Markus dalam pekerjaan Tuhan?
Realita tidak selalu menunjukkan POTENSI yg sebenarnya dalam diri seseorang. Selalu ada HARAPAN terjadinya PERUBAHAN dalam diri seseorang yg hancur sekalipun.
Penerimaan diri Yohanes Markus dalam pelayanan bukanlah kasus nepotisme, walaupun kenyataannya Markus adalah kepokannya. 
Lebih dari sekedar berpikir positif, Barnabas berani mendemostrasikan kecerdasan imannya untuk memandang bahwa SELALU ADA HARAPAN PERUBAHAN didalam Tuhan.
Kegagalan seseorang bukan akhir dari masa depan, terpukul jatuhnya seseorang bukanlah kematian selamanya. Pengalaman kegagalan atau kekalahan adalah dinamika alami manusia supaya kita menyadari kelemahan diri dan semakin banyak belajar dari Allah yg menjadi sumber pertolongan tiada batas.

Lebih mudah untuk menjatuhkan sanksi hukuman dari pada memberikan solusi masa depan!
Barnabas melihat potensi harapan besar , berpikir jauh kedepan dan memberikan kesempatan yg kedua kepada Yohanes Markus.
ini adalah standar harapan yg harus dimiliki oleh mereka yg berperan besar dalam pemimpin jemaat.

Sebagai hasilnya, Yohanes Markus bukan saja sukses dalam pelayanan namun ia juga dipercaya Allah untuk menulis 16 pasal Injil Markus dalam Perjanjian baru serta Rasul Paulus dengan ksatria harus mengakui bahwa Yohanes Markus adalah seorang hamba Tuhan yg sangat penting peranannya, sangat menguntungkan dan memberkati dunia sampai sekarang ini.
Perubahan Besar tidak dimulai dari tindakan orang yg besar bahkan lebih banyak dimotori dari balik layar, ini adalah karya terbaik Barnabas, orang yg tidak mudah terbawa arus, berpendirian teguh terhadap kebenaran, tidak gampang putus asa dengan kegamangan persoalan. Bahkan  Ia selalu berpikir jauh kedepan melewati realita buruk, melihat potensi besar, melihat harapan baru, menatap masa depan cerah sementara orang lain menganggap sebagai kegagalan serius dan kehancuran total.

Gereja Tuhan masa kini membutuhkan tiang penopang seperti Barnabas!
Untuk saya dan Saudara keteladanan Barnabas ditujukan.
Menjadi tiang penyangga pertumbuhan gereja bukanlah pilihan , bukan impian atau rancangan masa depan kita.
Menjadi tiang penyangga pertumbuhan gereja adalah bagian hidup kita, tanggungjawab kita, visi kerja kita dan sukacita kita SEKARANG INI dan SETIAP HARI.

Just Do It Now............................... GOD BLESS U......

By; Haris Subagiyo

Hadapi PERUBAHAN dengan PERUBAHAN


Studi Mazmur 37

Perubahan adalah harapan dan tantangan!
Perubahan bersifat pasti dan tidak tebang pilih. Bagi sebagian orang perubahan adalah harapan yg membawa sukacita namun tidak sedikit orang yg tenggelam dalam kegelisahan karena merasa dipukul oleh proses perubahan. Suka atau tidak suka, setuju atau tidak. Perubahan adalah fakta yang tidak dapat dihindari dari kehidupan. Semua orang tanpa kecuali akan menghadapi fase perubahan.
Respon kita terhadap perubahan menunjukkan sejauh mana kematangan hubungan kita kepada Allah.

Sukses menghadapi perubahan ditentukan oleh beberapa faktor:


I. Pembaharuan HATI adalah kekuatan menghadapi PERUBAHAN(ayat.1)
Jangan marah   karena orang yang berbuat jahat, jangan iri hati   kepada orang yang berbuat curang"  
Realita yg dihadapi orang percaya bukanlah kehidupan yg terus menerus nyaman sesuai harapan. Allah sering kali tidak mengubah keadaan atau orang yg tidak menguntungkan disekitar kita namun Allah justru berhasrat mengubah hati kita lebih dahulu supaya sanggup menghadapi terjadinya segala perubahan.

Rumusan kehidupan kadang berjalan tidak simetris, dimana orang baik seharusnya mendapatkan ganjaran keberhasilan dan kemujuran bukan orang jahat yg mendapatkan kemakmuran. Hal ini memantik persepsi salah tentang ketidak adilan Allah dan iri hati kepada sesama.
Daud dengan tegas bahkan berulang kali memperingatkan:
"jangan marah; jangan iri hati; berhentilah marah ; tinggalkanlah panas hati" karena sikap tersebut hanya membawa kepada kejahatan

Gagasan PENERIMAAN DIRI menjadi kekuatan untuk dapat menguasai diri!
Menerima dengan senang hati segala bentuk perubahan bukan sekedar menyelesaikan aspek psikologis manusia namun juga membenarkan sikap secara teologis.


Penerimaan diri sendiri , keadaan dan orang lain menjadi sangat penting, karena bermula dari titik inilah langkah kita berlanjut dengan benar.  Ironisnya reaksi alami terhadap perubahan keadaan atau orang disekitar kita adalah sikap memberontak, lebih nyata diungkapkan dalam sikap marah dan iri hati.


Apa pentingnya penerimaan diri dalam menghadapi perubahan?


a. Penerimaan diri menunjukkan pengenalan PRIBADI ALLAH (ayat.3-7)
Percayalah kepada TUHAN........bergembiralah karena TUHAN.....serahkanlah hidupmu kepada TUHAN......berdiam dirilah dihadapan TUHAN.....

Menempatkan Tuhan sebagai pribadi yg tidak pernah berhenti bekerja dan tidak pernah berbuat salah dalam pekerjaanNya!.
Kemarahan sebagai tanggapan atas perubahan keadaan, sering kali bermuatan kecurigaan terhadap Allah dengan sangkaan telah bersikap tidak adil kepada mereka yg merasa telah berbuat benar. Faktanya Allah tidak mungkin diam atau telah berbuat kesalahan dalam karyaNya.


b. Penerimaan diri menunjukkan keutamaan nilai KEABADIAN (ayat.2)
"mereka segera lisut   seperti rumput dan layu   seperti tumbuh-tumbuhan hijau"

Perubahan  yg sedang kita hadapi saat ini adalah dinamika kehidupan alami. wajar, biasa saja dan harus terjadi, hanya berlangsung sementara saja.
Cara penilaian kita yg temporer (sementara, fana) seharusnya diubahkan menjadi cara berpikir yg abadi. Bukan sebatas indah pada hari ini saja namun apakah juga berguna sampai dikeabadian!


b. Penerimaan diri menunjukkan pentingnya nilai KEBENARAN (ayat.8)
"Berhentilah marah dan tinggalkanlah panas hati itu, jangan marah, itu hanya membawa kepada kejahatan"
Kehilangan kepercayaan diri akan berdampak pada tidak terkontrolnya penguasaan diri. Dengan sikap tidak puas atau melawan terhadap perubahan, hal itu bukan saja tidak dapat menyelesaikan persoalan justru menciptakan persoalan baru yg lebih menyulitkan diri sendiri.
Perspektif yg harus dibangun adalah menata kembali pola pikir : seberapa lama perubahan itu akan terjadi dan seberapa bernilai benar perubahan tersebut. Jika berorientasi KEKEKALAN dan KEBENARAN itulah perubahan yg sedang dikerjakan Allah dalam diri kita.


II. Pembaharuan IMAN adalah kuasa menuju terjadinya PERUBAHAN (ayat.3-7)


Banyak perkara yg tidak mampu kita kerjakan dengan diri sendiri. Kita tidak sanggup mengubah keadaan sekitar, tidak sanggup mempengaruhi orang lain bahkan tidak sanggup merubah diri sendiri. Sementara segala sesuatu terus berubah yg berdampak pada eksistensi diri kita.
Adakah jalan terbaik untuk menghadapi perubahan?


Daud menyerukan, mengajak dan memerintahkan kita supaya berketetapan iman untuk hanya mempercayakan seluruh dinamika kehidupan pada Tuhan.


aPercayalah kepada TUHAN 
b. Lakukanlah yang baik, 
c. Diamlah di negeri  
d. Berlakulah setia,  
e. Bergembiralah   karena TUHAN 
f.  Serahkanlah hidupmu kepada TUHAN 
g. Percayalah kepada-Nya 
h. Berdiam  dirilah di hadapan TUHAN 
i. Nantikanlah  Dia 
j. Tetap ikutilah jalanNya


Mengapa Daud sedemikian kuat menyerukan untuk tidak tanggung-tanggung melekatkan diri hanya kepada Allah dengan kekokohan iman?


Karena sudah terbukti dan tidak terbantahkan tidak ada cara lain yg paling menjanjikan kecuali intervensi Allah didalam hidup kita:


1. TUHAN memimpin langkah demi langkah (ayat.23-24)
"TUHAN menetapkan langkah-langkah orang yang hidupnya berkenan   kepada-Nya; apabila ia jatuh, tidaklah sampai tergeletak,  sebab  TUHAN menopang   tangannya".
Kemana pada akhirnya kita hidup kita akan dibawa?
Pemazmur memberikan jawaban bahwa sekalipun keadaan dan orang  memberi dampak perubahan namun Allah memastikan jaminan pimpinan sampai pada akhirnya:
Kepastian pimpinan Tuhan yg tidak pernah salah langkah demi langkah walaupun kita sedang menghadapi masa yg sulit atau menurut penilaian manusia adalah tempat yg salah.
Kepastian berjalan bersama dengan Tuhan setiap saat walaupun kita sering tidak menyadari atau bahkan kurang mempercayainya ditopang oleh tangan Tuhanyg selalu siap sedia.
2. TUHAN memelihara dari hari ke-sehari (ayat.25-26)
"Dahulu aku muda, sekarang telah menjadi tua, tetapi tidak pernah kulihat orang benar ditinggalkan, atau anak cucunya meminta-minta roti; tiap hari ia menaruh belas kasihan  dan memberi pinjaman,  dan anak cucunya menjadi berkat."


Daud menyaksikan kehidupan manusia secara utuh (integral) dalam rangkaian mengikuti rencangan Allah sampai pada garis akhir, bukan menjelaskan kasus per kasus yg dihadapi. Jika secara faktual Allah masih mengijinkan berbagai persoalan mendera orang percaya itu bukan bagaian dari kelalaian Allah yg absen memelihara kita.
Prinsip teologisnya adalah :
* Kesetiaan pemeliharaan Allah tidak dapat dan tidak mungkin berubah walaupun diri kita dan keadaan terus berubah.pribadinya
* Hanya ada satu hal yg tidak pernah berubah, manakala generasi, usia dan kekuatan terus mengalami perubahan.
Dia adalah pribadi Allah yg selayaknya kita percayai selama-lamanya karena kesetiaanNya, karena kuasaNya dalam mengelola hidup kita tanpa salah.


III. Pembaharuan KETAATAN adalah rahasia yang membawa pada PERUBAHAN (ayat.27-28, 37)
Jauhilah yang jahat dan lakukanlah yang baik,  maka engkau akan tetap tinggal untuk selama-lamanya; "TUHAN mencintai hukum, dan Ia tidak meninggalkan orang-orang yang dikasihi-Nya. Sampai selama-lamanya mereka akan terpelihara, "

Berulang kali diteriakkan ungkapan: tetap tinggal selama-lamanya, sampai selama-lamanya terpelihara, akan mewarisi negeri, milik pusaka mereka akan tetap selama-lamanya. Gagasan ini menjelaskan bahwa yang dikerjakan Allah bukanlah perubahan semu tetapi perubahan besar, perubahan nyata dan perubahan abadi, suatu bentuk pekerjaan yg sangat berkualitas tinggi.
Survival (bertahan hidup sampai selama-lamanya) bersama dengan Allah menjadi hak hidup mereka yg teguh berpegang pada hukum Tuhan.

Bagaimana perubahan abadi dapat menjadi bagian kita?
 "TUHAN mencintai hukum"
Tuhan selalu bekerja diatas dasar firmanNya sendiri, ini adalah jalan Allah untuk dapat menyatakan karyaNya. Kesediaan kita dalam mentaati firmanNya bukan menjadi katalisator (mempercepat) tetapi menjadi mekanisme kerja baku yg tidak dapat ditawar. Ketaatan pada firman Allah menjadi cara satu-satunya untuk menempatkan Allah dapat bekerja didalam diri kita.
Allah akan mengubahkan masa depan, Allah akan membuat survive dan Allah selalu bersama  jika kita terus hidup selaras dengan firmanNya.
Dari mana dimulainya perubahan yg bernilai benar dan abadi , dimulai dari kesediaan kita berjalan menurut firman Allah. Langkah ini jauh lebih mendasar dari kebutuhan pemahaman psikologis , mengatur strategi atau memperbesar kapasitas kerja supaya dapat meraih sukses masa depan.
Rahasia perubahan masa depan jelas dimulai dari KESELARASAN HIDUP didalam ALLAH.
Sejauh mana ketaatan kita dalam melakukan firman Allah itu berbanding lurus dengan intervensi Allah dalam melakukan perubahan masa depan kita.
Semakin cepat karakter pribadi berubah seturut firmanNya, semakin banyak perkara ajaib yg Allah kerjakan menjadi hak kita. Semakin lama kita menunda ketaatan pada firmanNya maka akan menambah daftar panjang kegagalan dan penantian kosong yg menyengsarakan.
Allah merindukan semua orang yg percaya kepadaNya mendapatkan pancaran kasih setia dan kuasaNya.
Selamat mengalami perubahan bersama dengan Allah.

Tuhan Yesus memberkati.

by Haris Subagiyo

Mengejar tuhan ditengah pasar


Potret manusia-manusia rohani yg sedang berjuang keras untuk tidak terikat hatinya dengan gaya hidup duniawi. 
Dengan membawa nama Tuhan tidaklah cukup bagi kita untuk menjadi manusia rohani, dengan terlibat aktif dalam pelayanan, kesetiaan ibadah, belajar Alkitab bukan berarti kelekatan hati kita tertuju kepadaNya.
Manusia lahiriah kita sering demikian atraktif berdemontrasi menutupi kegersangan spiritual kita yg sesungguhnya jauh dari Allah. 
Jika kita sudah berkata: "cukup" dengan segala usaha kita untuk bekerja melayani Tuhan karena seluruh hidup dan masa depan sudah kita investasikan kepadaNya. 
Pastikan bahwa arah langkah kita tertuju hanya kepada Allah saja, karena tidak dapat kita pungkiri bahwa dalam banyak kesempatan energi kita terkuras untuk mengejar allah yg palsu, allah yg kita kondisikan untuk bekerja memenuhi kepentingan diri sendiri. 

MENGEJAR allah MASA KINI, yg sementara, yg sesuai tuntutan perut. Ini bukanlah persoalan mereka yg jauh dari lingkungan kekristenan atau lembaga rohani. Godaan materialisme tidak dapat dipandang sebelah mata yg dianggap sebagai persoalan orang kristen yg tidak dewasa rohani. Kita semua mengalami potensi godaan persoalan yg sama kualitasnya. 
Allah yg tampak mata, allah yg menggugah selera walaupun hanya sementara tak pelak kitapun sering tergoda olehnya. Kita bukan mengejar Allah dalam kekekalan namaun mengejar tuhan ditengah pasar. itulah realita !!!!


Bagaimanakah langkah kita tetap terjaga berada pada arah lari yg benar dengan HANYA MENGEJAR ALLAH saja dalam seluruh waktu hidup ini?




Orang kaya sukar masuk Kerajaan Allah
10:17 Pada waktu Yesus berangkat untuk meneruskan perjalanan-Nya, datanglah seorang berlari-lari mendapatkan Dia dan sambil bertelut u  di hadapan-Nya ia bertanya: "Guru yang baik, apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal? v 10:18 Jawab Yesus: "Mengapa kaukatakan Aku baik? Tak seorangpun yang baik selain dari pada Allah saja. 10:19 Engkau tentu mengetahui segala perintah Allah: Jangan membunuh, jangan berzinah, jangan mencuri, jangan mengucapkan saksi dusta, jangan mengurangi hak orang, hormatilah ayahmu dan ibumu! w "10:20 Lalu kata orang itu kepada-Nya: "Guru, semuanya itu telah kuturuti sejak masa mudaku." 10:21 Tetapi Yesus memandang dia dan menaruh kasih kepadanya, lalu berkata kepadanya: "Hanya satu lagi kekuranganmu: pergilah, juallah apa yang kaumiliki dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, x  maka engkau akan beroleh harta di sorga, y  kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku. z " 10:22 Mendengar perkataan itu ia menjadi kecewa, lalu pergi dengan sedih, sebab banyak hartanya. 10:23 Lalu Yesus memandang murid-murid-Nya di sekeliling-Nya dan berkata kepada mereka: "Alangkah sukarnya orang yang beruang 5  a  masuk ke dalam Kerajaan Allah." 10:24 Murid-murid-Nya tercengang mendengar perkataan-Nya itu. Tetapi Yesus menyambung lagi: "Anak-anak-Ku, alangkah sukarnya masuk ke dalam Kerajaan Allah. b  10:25 Lebih mudah seekor unta melewati lobang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah. c " 10:26 Mereka makin gempar dan berkata seorang kepada yang lain: "Jika demikian, siapakah yang dapat diselamatkan?" 10:27 Yesus memandang mereka dan berkata: "Bagi manusia hal itu tidak mungkin, tetapi bukan demikian bagi Allah. d  Sebab segala sesuatu adalah mungkin bagi Allah."


Belajar dari Tuhan Yesus yg membimbing seorang Farisi untuk memiliki kekekalan hidup.
Markus 10 : 17 - 25
Tampillah seorang Farisi yang kaya-raya.datang dengan berlari-lari mendapatkan Yesus dan berlutut di depanNya. Secara umum orang Farisi selalu datang pada Tuhan Yesus dengan motif menjerat. Tetapi dia datang dengan sikap yang begitu antusias ,santun dan penuh hormat kepada Tuhan Yesus 


Tujuan kedatangannya bukan main-main, ia sedang menyampaikan pertanyaan sangat mendasar dan bernilai, tentang kekekalan hidup yg tidak diperoleh sejalan dengan pengetahuan rohani dan kekayaan materinya.
Di satu pihak dia berhasil membuktikan untuk memperoleh kekayaan secara materi, tetapi di pihak lain dia belum mengetahui bagaimana langkah yang harus ditempuh untuk memperoleh hidup yang kekal.  


Untuk mengukur sejauh mana keseriusan kita berjerih lelah untuk mengkondisikan Tuhan tinggal dan bekerja secara efektif dalam diri kita:


a. MEMILIKI  KETULUSAN HATI bukan sebatas KERENDAHAN DIRI  (ayat.17-18)

Pada waktu Yesus berangkat untuk meneruskan perjalanan-Nya, datanglah seorang berlari-lari mendapatkan Dia dan sambil bertelut di hadapan-Nya ia bertanya: "Guru yang baik, apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal? (ayat.17)

"Berlari-lari mendapatkan Yesus sambil bertelut" suatu usaha perendahan diri yg dilihat oleh banyak orang tanpa merasa malu......luar biasa.
Status sosial yang terhormat sebagai orng Farisi dengan kekayaan yang melimpah tidak membuatnya menjadi seorang yg arogan. Justru ia bersungguh-sungguh berusaha berjumpa dan merendahkan diri secara ekspresif di hadapan Tuhan Yesus.
  • Seorang Farisi yg berlari-lari untuk berjumpa Yesus
  • Seorang Farisi yg bersedia membungkkan diri didepan Yesus
  • Seorang Farisi yg berani mengakui eksistensi Yesus sebagai guru yg baik 
Semua upayanya menjelaskan usahanya yg berani keluar dari zona kemapanan dan status sosial. Ia berani mengabaikan semua yg ada dalam dirinya untuk memperoleh jawab atas kekosongan jiwanya.


Seorang kaya yg bersemangat mencari nilai kebenaran


Tidak terbatas pada antusias bekerja mengumpulkan kekayaan, tetapi dia juga seorang yang peduli dengan kehidupan kekal. Pilihan hidupnya bukan hanya terarah kepada kepentingan dunia tetapi juga peduli dengan masalah keselamatan. Sikap hidup yang demikian mencerminkan pilihan yang ideal dan seimbang yaitu sukses secara materi dan rohani.   . 

Kontras dengan realita sebagaian besar orang perccaya yg terus mengejar kekayaan secara materi tetapi mereka selalu tidak pernah merasa puas. 

Tidak sedikit orang yg menyebut dirinya beriman namun karena merasa sudah mapan, merasa tidak perlu memiliki iman kepada Allah. 
Untuk apa beriman kepada Allah jikalau segala sesuatu dapat diatasi dengan kemampuan materi dan fasilitas yang tersedia. 
Untuk apa berdoa jika mampu mengumpulkan uang dengan kemampuan dan kepandaian mereka. Sikap ini membangun pribadi yang congkak dan merasa tidak perlu merendahkan diri dengan bertelut di hadapan Tuhan Yesus. 





b. MEMILIKI SPIRITUAL PADA ALLAH bukan sekedar moral yg baik (Ayat.19-20)    


Kewajiban sebagai seorang Farisi yg taat pada perintah agama tidak serta merta memiliki kualitas spiritual yg benar dihadapan Allah.
Tuhan Yesus memberi jawaban, yaitu: “Engkau tentu mengetahui segala perintah Allah: Jangan membunuh, jangan berzinah, jangan mencuri, jangan mengucapkan saksi dusta, jangan mengurangi hak orang, hormatilah ayahmu dan ibumu!” (Mark. 10:19). 
Jawaban Tuhan Yesus tersebut secara khusus menunjuk kepada suatu kelompok dari Sepuluh Firman Allah yang berkaitan dengan kasih kepada sesama. 


Dasa Titah terdiri atas 2 kelompok besar:
Firman 1 sampai 4 berkaitan dengan kasih kepada Allah; 
Firman 5 sampai 10 berkaitan dengan kasih kepada sesama. 


Sangat menarik, bahwa hidup yang kekal dalam jawaban Tuhan Yesus ditekankan kepada kasih kepada sesama dan bukan kepada Allah. Tentunya jawaban Tuhan Yesus tersebut tidak bertujuan untuk mengatakan bahwa perintah untuk mengasihi kepada Allah dapat diganti dengan hukum kasih kepada sesama. 
Dasarnya adalah setiap orang Farisi pastilah orang-orang yang sangat peduli dengan kasih kepada Allah, tetapi dalam praktek hidup mereka justru sering kurang peduli dengan sesama. Orang-orang Farisi umumnya sangat religius, tetapi pada sisi lain mereka kurang “humanis” dan “sosial”. Tetapi khusus untuk orang Farisi yang kaya-raya tersebut, dia memberi jawaban yang mengagumkan, yaitu: "Guru, semuanya itu telah kuturuti sejak masa mudaku" (Mark. 10:20). Wooooow Betapa luar-biasanya spiritualitas orang Farisi yang kaya-raya itu. Dia telah menghayati  dan melaksanakan perintah Allah bukan sekedar suatu kewajiban. Juga bukan karena di tengah perjalanan hidup dia “bertobat” menyadari situasi kefanaannya sebagai manusia. Tetapi dia telah melaksanakan seluruh perintah Allah tersebut sejak dia masih muda. Terbukti ia tetap konsisten sejak masih muda sampai sekarang untuk setia melaksanakan perintah Allah.     

Spiritualitas yang sehat dan berkualitas ditandai oleh pertumbuhan yang selalu konsisten. Sebab sikap rohani yang konsisten menunjukkan kondisi iman yang stabil. Orang Farisi yang kaya-raya itu bukan hanya pandai untuk mengembangkan bisnisnya, tetapi dia juga seorang yang peduli dengan sesamanya. Sikap religiusnya tidak membuat dia menjadi seorang yang hanya berorientasi kepada ritual keagamaan tetapi juga setia untuk memberlakukan kasih kepada sesamanya. Sehingga tidak mengherankan jika di Mark. 10:21 menyaksikan sikap Tuhan Yesus, yaitu: “Yesus memandang dia dan menaruh kasih kepadanya”. 

Dalam hal ini kita selaku gereja dipanggil oleh Allah untuk memiliki proses pertumbuhan iman yang konsisten dan stabil. Kita sangat prihatin, bahwa beberapa orang pada suatu momen tampak begitu bersemangat dan antusias dalam melayani pekerjaan Tuhan; tetapi tidak lama kemudian dia menjadi cepat patah arang dan mengabaikan seluruh firman Allah.  

Kita sering menganggap sikap rohani yang pasang-surut sebagai hal yang manusiawi. Sehingga kita sering membiarkan diri untuk berada dalam kondisi “surut”, dan baru mau “pasang” saat ajal mulai menjemput. Padahal keadaan rohani yang mudah “pasang-surut” menunjukkan bahwa spiritualitas kita sangat lemah untuk sikap setia kepada kehendak Allah.

Itu sebabnya respon terhadap hukum dan kehendak Allah lebih sering ditentukan oleh dorongan perasaan dan keinginan pribadi, bukan didasarkan kepada sikap ketaatan dan kesetiaan yang tanpa syarat. Dalam kondisi yang demikian mereka yang mundur dari pelayanan sering mengharap untuk “dibujuk dan dirayu” terlebih dahulu agar mereka mau kembali aktif untuk melayani Tuhan. Baru setelah orang-orang di sekitar menunduk dengan “bertelut” di depan mereka, maka mereka baru bersedia untuk melayani Tuhan. Fenomena tersebut menunjukkan bahwa kita sering bersikap congkak dan jauh dari sikap spiritualitas yang sehat dan stabil. Sehingga tidak mengherankan jikalau Kristus tidak mau memandang kita dan menaruh kasih seperti yang dilakukanNya kepada orang Farisi yang kaya-raya itu. 


C. MEMILIKI  DEDIKASI PADA ALLAH bukan sekedar visi    


“Hanya satu lagi kekuranganmu: pergilah, juallah apa yang kaumiliki dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin,  maka engkau akan beroleh harta di sorga,   kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku” (Mark. 10:21).


Orang Farisi yang kaya-raya telah mendemonstrasikan sikap yang rendah-hati, mau peduli dengan hukum-hukum Allah sejak masa mudanya dan antusias untuk memperoleh hidup yang kekal, seolah-olah ia memiliki visi yg sangat besar dalam dirinya lebih dari yg telah dapat dicapainya. Namun Tuhan Yesus menuntut bukan sekedar visi yg besar namun DEDIKASI YANG NYATA kepada TUHAN. 
Menjadikan Tuhan lebih dari siapapun dan apapaun.
Menjadikan Tuhan jauh lebih besar dari segala kebutuhan kita
Menjadikan Tuhan lebih besar dari diri kita sendiri
Menjadikan Tuhan PUSAT dari seluruh hidup kita selama-lamanya.


Selama ini dia telah menunjukkan kasih kepada sesama melalui hartanya. Dia juga telah melaksanakan hukum-hukum Allah sejak masa mudanya. Seakan-akan semua yang telah dilakukan sungguh sempurna. Tetapi ketika dia mendengar jawaban Tuhan Yesus untuk menjual apa yang dia miliki dan membagikan kepada orang-orang miskin, 


Markus 10:22 
“Mendengar perkataan itu ia menjadi kecewa, lalu pergi dengan sedih, sebab banyak hartanya”. 


Sikap orang Farisi yang kaya-raya tersebut sungguh kontradiktif. Semula dia berlari-lari mendatangi Tuhan Yesus dengan antusias dan berlutut di hadapanNya. Tetapi kini dia segera pergi meninggalkan Tuhan Yesus sebab kecewa dengan jawaban yang diberikan olehNya. Dia enggan untuk melaksanakan apa yang diminta oleh Tuhan Yesus sebab hartanya sangat banyak. 
Mungkin bagi orang Farisi yang kaya-raya itu dengan senang hati dia membagikan sebagian kecil dari harta-bendanya. Tetapi untuk menyerahkan seluruh harta miliknya kepada sesama yang membutuhkan, dia tidak sanggup. 
Jadi melalui kekecewaan meninggalkan Tuhan Yesus sebenarnya orang Farisi tersebut telah memperlihatkan eksistensi yg sesungguhnya: bahwa ternyata kualitas hidupnya tidak terletak kepada kasih kepada Allah dan sesama, tetapi kepada harta-benda yang dimilikinya. 


Dalam konteks ini dia gagal memenuhi hukum pertama dari Sepuluh Firman Allah yang berkata: “Jangan ada padamu allah lain di hadapanKu” (Kel. 20:3). Dia telah menjadikan harta-benda yang dimiliki sebagai wujud dari “ilah” sehingga dia lebih memilih untuk meninggalkan Kristus dari pada menjual dan membagi-bagikan harta-bendanya.  


Sebab makna “ilah” pada hakikatnya menunjuk kepada siapa atau apapun juga hati kita terikat dan memujanya. Sosok para “ilah” pada zaman sekarang dapat berupa: uang, status sosial, properti, hand-phone, note-book, hobi, seks, makanan lezat atau apapun yang membuat hati kita melekat dan tergantung kepadanya.    ini adalah bagaikan sikap sedang mengejar tuhan ditengah pasar, berusaha keras dengan alasan-alasan yg rohani, semangat powerful namun berhenti untuk tujuan yg temporer.



Ungkapan “mendengar perkataan itu ia menjadi kecewa, lalu pergi dengan sedih, sebab banyak hartanya” pada hakikatnya untuk menunjukkan kepada sikap hati seseorang yang tidak ingin harta-bendanya diungkit atau dibahas sebagai syarat untuk memperoleh hidup yang kekal. 


Di balik sikap orang Farisi yang kaya-raya dan sangat antusias mendatangi Tuhan Yesus sambil berlutut sebenarnya mau memperlihatkan atau mendemonstrasikan sikap tubuh fisiknya saja yang mau menyembah. Tetapi hatinya ternyata sarat dengan harta-benda sehingga dia tidak ingin ingin berlutut dan menyerahkan seluruh miliknya kepada Tuhan Yesus. 


Sikap orang Farisi tersebut sering juga menjadi pola sikap kita selaku jemaat Kristus. Mungkin secara fisik dan liturgis, kita dapat begitu antusias sebagai  para “penyembah Allah” yang sungguh-sungguh saat beribadah; tetapi apakah hati atau jiwa kita juga sungguh-sungguh menyembah Allah dan mempermuliakan Kristus? 
Apakah kita mau meninggalkan segala “ilah” yang memperbudak dan menyenangkan hati kita?  Dengan demikian tidaklah cukup bagi kita hanya untuk mencari makna hidup yang kekal dengan sikap yang antusias; tetapi pada sisi lain kita tidak antusias dan sungguh-sungguh untuk meninggalkan segala hal yang diilahkan atau diidolakan. 


KEJARLAH TUHAN YANG KEKAL 



Pesan utama dari perikop tersebut sebenarnya membahas penghalang utama bagi seseorang untuk memperoleh hidup yang kekal. Dimana penghalang utama setiap orang selalu berbeda-beda. Bagi beberapa orang penghalangnya adalah sikap serakah, sikap malas, penganut hedonisme, para pezinah, pemabuk, atau berbagai bentuk karakter yang buruk. Semua sikap tersebut secara prinsipial menghalangi seseorang untuk mengikut Kristus dan memperoleh hidup yang kekal. 

Sehingga yang dimaksud Tuhan Yesus dengan perkataan: "Anak-anak-Ku, alangkah sukarnya masuk ke dalam Kerajaan Allah. Lebih mudah seekor unta melewati lobang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah” (Mark. 10:24-25) pada hakikatnya menunjuk kepada setiap orang yang tidak “kaya” di hadapan Allah. 

Jadi makna “tidak kaya di hadapan Allah ” merupakan sikap spiritualitas orang-orang yang berorientasi kepada keinginan dan hawa-nafsu duniawi. Mungkin dari penampilan lahiriah mereka sangat antusias dengan berbagai perkara agamawi, tetapi sesungguhnya hati mereka jauh dari sikap kasih kepada Allah dan sesamanya. 


Rasul Paulus berkata: “Secara lahiriah mereka menjalankan ibadah mereka, tetapi pada hakekatnya mereka memungkiri kekuatannya. Jauhilah mereka itu!”  (II Timotius 3:5)  

Penghalang pertumbuhan spiritualitas bukan hanya perlu disadari tetapi juga seharusnya diakui dengan sikap pertobatan di hadapan Allah. Sebab dengan pengakuan yang lahir dari hati yang hancur akan terbuka rahmat dan belas-kasihan Allah. Sehingga dengan rahmat Allah tersebut akan memampukan kita untuk hidup benar di hadapanNya. Namun kita sering berupaya untuk menyembunyikan berbagai penghalang spiritualitasnya dengan sikap yang munafik. Seperti orang Farisi yang kaya tersebut begitu fasih memuji Tuhan Yesus dengan sapaan “Guru yang baik” dan berlutut di hadapanNya. Namun setelah Tuhan Yesus menyatakan kebenaran yang esensial, dia segera pergi  meninggalkanNya. Sikap antusiasme orang Farisi tersebut segera berubah menjadi kegetiran sebab dia tidak berhasil menunjukkan prestasi rohani yang selama ini dibangga-banggakan. Perkataan Tuhan Yesus begitu tajam menembus isi hatinya yang terdalam, sehingga menyingkapkan watak aslinya. 


Panggilan untuk memilih hidup yang benar tidaklah cukup dilandasi oleh sikap yang antusias mencari Tuhan Yesus. Juga tidak cukup dinyatakan dengan berlutut di hadapanNya. Bahkan juga tidak cukup setia melakukan firman Allah sejak masih muda. Lebih dari pada itu adalah apakah hati kita yang terdalam sungguh-sungguh hanya melekat kepada Allah dan bukan kepada kuasa dunia ini. 
Selama hati kita sering melekat kepada gegap gempita kuasa dunia, sehingga segala tindakan kita yang tampaknya rohani, benar dan mulia akan berubah menjadi kemunafikan belaka. Kadang kita tampak berkobar-kobar mencari Tuhan Yesus. Namun sesungguhnya kita hanya mengejar keinginan sendiri yg dibebankan kepada Tuhan. Kita bukan sedang mengejar Tuhan yg kekal tetapi tuhan yg fana, kita bukan mengejar kemuliaan Tuhan tetapi kepuasan lahiriah.
Alasan yg kita bawa sellalu benar namun tujuan yg hendak kita capai diri sendiri dan kefanaan hidup.


Masihkah kita mengejar Tuhan ditengah pasar atau menempatkan Tuhan dikekekalan?
amin GBU all....